Advertisemen
POJOKSATU.id, JAKARTA – Dai kondang Ustadz Abdul Somad angkat suara terkait permintaan sejumlah pihak agar ulama yang akrab disapa UAS itu melaporkan dugaan intimidasi dan ancaman terhadap dirinya ke polisi.UAS menyebut pelaporan ke polisi tidak menyelesaikan masalah. Terlebih dia pernah mendapatkan pengalaman buruk ketika melaporkan kasus persekusi yang dialaminya di Bali pada awal tahun 2018 lalu. Laporan itu hingga kini belum selesai.
“Laporan (persekusi) Bali tak selesai, lebih baik melapor kepada Allah Taala. Salat, lapor,” ucap UAS dalam acara talk show di TV One.
UAS juga mengklarifikasi tudingan Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang menyebut dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau itu memiliki keterkaitan dengan Hizbut Tharir Indonesia (HTI) sejak 2013.
UAS mengaku sudah berulangkali membuat klarifikasi bahwa dia bukan anggota HTI. Namun sampai sekarang masih tetap dituduh sebagai anggota ormas terlarang tersebut.
“Bolak-balik isu Hizbut Tahrir dari dulu, sudah berapa kali diklarifikasi. Saya bukan anggota Hizbut Tahrir. Saya pendakwah bebas yang diundang oleh Hizbut Tahrir dalam acara besar mereka dan undangannya umum,” imbuhnya.
UAS mengaku heran dengan ormas tertentu yang sering menolak ceramahnya di sejumlah daerah. Padahal, Indonesia adalah negara hukum.
“Kalau saya melanggar aturan agama, kita punya Majelis Ulama Indonesia, panggil, sidang. Saya siap datang ke kantor MUI. Kalau saya melanggar secara hukum, itu domain polisi. Kita negara hukum. Jadi jangan dihakimi,” katanya.
Selain membuat klarifikasi melalui pernyataan resmi, UAS juga sudah menunjukkan bukti-bukti bahwa dia setia pada Pancasila dan NKRI. Namun tuduhan bahwa dia anggota HTI seperti tak ada habisnya.
“Sudah diklarifikasi lewat upacara bendera, diklarifikasi lewat video kita di dalam hutan mengajar anak-anak, gak juga. Ini orang mau apa?,” pungkas UAS.
Sebelumnya, Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyatakan Banser tak melarang Ustaz Abdul Somad (UAS) ceramah. Namun pihaknya menemukan keterkaitan UAS dengan Hizbut Tharir Indonesia (HTI) sejak 2013.
“Sudah sejak 2013 kami temukan ada keterkaitan UAS dengan HTI,” kata Yaqut, seperti dilansir CNN, Selasa (4/9).
Yaqut mengatakan, pihaknya menemukan keterkaitan UAS dengan HTI. Hal itu diketahui melalui isi ceramah yang disampaikan oleh UAS.
Menurut Yaqut, beberapa ceramah UAS berisi ajakan jemaah berbaiat kepada khilafah. Bahkan menuding Nabi Muhammad SAW tak mampu menciptakan suasana yang rahmatan lil alamin. Hal tersebut bahkan bisa ditemukan melalui jejak digital yang ditinggalkan oleh UAS di akun media sosial pribadinya.
“Dia pernah ajak berbaiat kepada khilafah, melakukan fitnah di media sosial, menyebut kalau Nabi Muhammad tidak mampu wujudkan Islam yang rahmatan lil alamin. Cari saja ceramahnya di Youtube, ceramah dia banyak yang isinya begitu,” lanjutnya.
Yaqut membantah terkait informasi yang menyebar tentang larangan UAS berceramah di Jepara. Dia menyatakan pihaknya tak pernah melarang.
Hanya saja keadaannya saat itu Anshor mengirim surat kepada kepolisian untuk meninjau ulang kegiatan ceramah yang dilakukan UAS tersebut.
Sebab berbarengan dengan kegiatan itu, pihaknya menemukan banyak bendera serta simbol-simbol HTI di Jepara.
“Tak pernah melarang, silakan kalau mau ceramah. Kami hanya minta polisi tinjau ulang isi ceramahnya karena saat dia mau ceramah, kok banyak muncul simbol-simbol HTI,” kata dia.
Beberapa pihak menilai isi ceramah UAS sudah mengarah pada Pancasila dan NKRI. Namun Yaqut minta pihak yang menyebut hal itu agar melihat semua isi ceramah UAS.
Sebab menurutnya, beberapa kali pihaknya masih menemukan isi ceramah UAS tak berpihak pada NKRI.
“Kata pejabat di MPR dia sudah lebih Pancasilais, itu karena dia ceramah di MPR isinya begitu. Coba lihat ceramah di tempat lain, sama tidak? Jangan sampai dia berlagak beda, di MPR ceramah NKRI, di tempat lain beda, itu saja,” kata Yaqut.
Advertisemen