-->

Selamat Jalan Muhammad Jama’ali, Sepakbola Pasuruan bakal Merindukanmu

Advertisemen
KINI tak ada lagi sosok yang berpenampilan nyeleneh ketika Persekabpas bertanding. Keberadaannya yang dianggap mampu membangkitkan semangat pemain maupun suporter Persekabpas, bakal sangat dirindukan. Muhammad Jama’ali, pria tambun dengan wajah sangar itu tutup usia. Dibalik penampilannya yang menakutkan, dia adalah sosok yang ramah serta religius.

BACA JUGA : APLIKASI PELACAK HP ANDROID TERBAIK

Sejumlah pria bersarung, berjajar di sepanjang gang kecil di Desa Tambaksari, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, Rabu pagi (28/2). Mereka berdiri menyalami tamu yang datang. Wajah mereka menyiratkan kesedihan mendalam. Maklum, satu per satu tamu yang datang, hendak melepas kepergian salah satu tokoh yang sangat familiar bagi warga Pasuruan. Dialah Muhammad Jama’ali, ikon sepak bola asal kota santri.
Ruang tamu berukuran 3x4 meter itu, menjadi tempat terakhir sebelum dia dimakamkan. Tampak sehelai kain menutupi jasad pria yang kini terbujur kaku di sebuah amben kecil. Di kanan-kirinya, warga dan ulama terus membaca tahlil dan doa-doa.
Sementara itu, pentakziah sampai Rabu siang terus berdatangan. Tak hanya insan sepak bola, beberapa pejabat sampai ulama kondang asal Pasuruan berdatangan. Dua di antaranya yakni KH. Mas Fuad Nur Hasan dan KH. Mujib Imron. Mereka tak menyangka, sosok yang lekat dengan image Persekabpas ini, telah meninggalkan kehidupan duniawinya untuk selama-lamanya.
KH. Mujib Imron, pengasuh Ponpes Al Yasini yang juga hadir ke rumah duka mengatakan, sosok Jama'ali dikenal sebagai sosok yang mudah akrab. Pria yang akrab disapa Gus Mujib itu bahkan mengaku, Jama'ali tak hanya tenar di dunia olahraga sepak bola.
“Almarhum juga sering terlihat dalam pengajian. Karena begitu dekat dengan ulama, sehingga hampir tak pernah absen dalam pengajian. Insya Allah akan mendapatkan syafa'at Rasulullah dan para alim ulama,” ungkap Gus Mujib yang diaminkan pentakziah lainnya.
Di balik kesangarannya, Jama’ali kala mendukung tim kebanggannya berlaga, ia adalah sosok yang ramah. “Selain itu, tak pernah marah. Beliau orang yang sabar. Bahkan, beberapa kali dalam pengajian diguyoni karena sering berdandan nyeleneh saat pertandingan sepak bola. Juga tidak pernah menjawab dengan ketus, apalagi marah. Beliau hanya membalasnya dengan senyum," imbuh Mujib.

BACA JUGA : 13 TEMPAT SITUS DOWNLOAD FILM TERBAIK TERPERCAYA


Kepergian Jama’ali sendiri terkesan mendadak. Usianya memang tak muda lagi, yakni 63 tahun. Namun, selama ini, pria yang bisa dijumpai saat Persekabpas berlaga itu, tidak memiliki riwayat penyakit berat. Kalaupun sakit, hanya sekedar demam atau masuk angin.
Hanya saja, beberapa hari terakhir sebelum ajal menjemput, Jama’ali sempat mengeluh pada anak dan istrinya. Ia mengaku pusing. Pandangan matanya juga kabur. “Sejak Senin (26/2) lalu, bapak sambatan sakit,” kata Anwar Syafi'i, putra ketiga Jama'ali.
Dua hari setelah sakit, Jama’ali tak kunjung sembuh. Akhirnya, keluarga memutuskam agar dia dirawat di Puskesmas Ngempit. Namun, takdir berkata lain. Jama'ali mengembuskan napas terakhirnya pukul 08.00. “Insya Allah kami sudah ikhlas. Usia bapak memang tak muda lagi,” tambah Anwar.
Tak hanya Anwar, sosok yang juga dikenal dekat dengan Jama’ali adalah Fauzi Sofi, cucunya. Menjadi cucu seorang Jama'ali, membuatnya sering berkesempatan menonton pertandingan sepak bola gratisan. Sebab, Fauzi acapkali diajak sang kakek. Yang paling diingat, saat pertandingan Timnas Indonesia di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, 2011 silam.
“Berangkat dari rumah sudah dalam keadaan tubuh dicat warna merah. Sepanjang jalan memang menjadi bahan perhatian orang. Tapi, saya tetap bangga,” ujar Fauzi. Namun, tanpa sepengetahuan Fauzi, sang kakek juga membawa seekor belut ke tengah-tengan suporter.
“Begitu gol, kakek langsung mengangkat belut itu. Mulutnya dibuka lebar seolah hendak dimakannya. Padahal tidak, hanya gaya-gayaan saking girangnya," beber Fauzi. Namun, genggaman jemari Jama'ali terkalahkan oleh licinnya belut. "Belut itu langsung jatuh ke mulutnya dan akhirnya tertelan. Kakek tidak tergopoh, ia tetap tersenyum seolah tidak ada apa-apa," jelas Fauzi.
Lain halnya ketika bertengger di tribun stadion dengan dandanan khasnya. Di mata kelima anaknya, Jama'ali justru lebih menonjolkan sifat kebapakan. Ia tak segan menegur keras anak-anaknya apabila berlaku salah.

BACA JUGA : CARA MENGATASI HP CEPAT PANAS DAN BOROS BATERAI PALING AMPUH


“Bapak selalu menekankan kejujuran kepada kami. Jangan menyalahkan yang benar. Jangan membenarkan yang salah, itu pesan bapak. Mungkin itu hikmahnya selalu mengikuti ulama. Kalau sedang tidak musim sepak bola, pengajiannya bahkan ke berbagai kota. Mulai ke Malang, Gresik, bahkan sampai Solo," kenang Anwar.
Satu hal yang menjadi harapan Jama'ali kepada anak cucunya, ia menginginkan agar keturunannya menjadi seorang pengusaha. "Yang saya ingat waktu bapak bilang, anak cucunya agar tak dibayar orang. Kalau bisa justru menggaji orang lain," tandas Anwar.
Sisi positif Jama’ali juga disampaikan Aris Ubaidillah, pecinta bola Pasuruan yang juga kawannya. Jama’ali menurut Aris –sapaan akrabnya –, tidak pernah meremehkan salat fardu. Ia akan membersihkan catnya untuk salat, saat waktu ibadah itu tiba. Baru setekah itu, ia kembali mengecat tubuhnya. “Itulah salah satu kelebihan beliau,” katanya.
Kini, sosok tambun bertelanjang dada dengan tubuh dipenuhi cat berwarna, tak lagi bisa ditemukan dalam pertandingan Persekabpas. Pria tambun dengan menenteng cambuk itu, beratraksi nyeleneh di stadion kala tim unggulannya meraih kemenangan.
Ia meninggalkan lima anak, tiga belas cucu, dan dua cicit. Jama'ali memang telah pergi bersamaan tertutupnya sepetak liang lahat di TPU setempat. Namanya terlanjur dikenal banyak orang. Semangatnya terlalu sukar dilupakan.
Advertisemen

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments